Koneksi Antar Materi Modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional

Calon Guru Penggerak    : Nuráini, S.Pd                                        
Pendamping                      : Ana Widayati, M.Pd                         
Fasilitator                          : Dr. Cep Unang Wardaya, M.Si       

Pembelajaran interaktif Sosial menggunakan Google Jamboard

Modul 1.1 Konsep pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan dan pengajaran adalah upaya pembelajaran yang memenuhi kebutuhan dari peserta didik, yang pastinya berbeda. Pada diri setiap peserta didik itu unik, memiliki kakarakter yang berbeda dan juga minat serta bakat yang berbeda pula. Ing Ngarso sung Tulodho di depan memberi teladan, Ing Ngarso Madyo Mangun Karso ditengah berbuat keseimbangan, Tut Wuri Handayani dibelakang memberi dorongan. Pendidikan dan pengajaran dengan keberagaman dan konsep memanusiakan manusia. Mengusahakan pendidikan karakter pada peserta didik dengan asas kodrat alam dan penerapan budi pekerti yang luhur, memaksimalkan potensi yang ada pada diri peserta didik. Mampu mememaksimalkan keterampilan dengan memegang teguh asas dari Ki Hajar Dewantara dan sesuai kearifan budaya lokal setempat dan mengembangkannya sehingga menjadi kekayaan bangsa. Dengan secara berkesinambungan dan menciptakan budaya positif di lingkungan sekolah.

Modul 1.2 Nilai-nilai dan peran guru penggerak . Mengapa dan bagaimana nilai-nilai tinggi seorang guru terkait penumbuhan budaya positif. Keterlaksanaan pembelajaran di masa pendemi merupakan tantangan tersendiri yang dihadapi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Konsep merdeka belajar yang telah dilakukan akan lebih maksimal bila dikolaborasikan dengan implementasi nilai-nilai dan peran guru penggerak. 

Implementasi nilai-nilai dan peran guru penggerak merupakan bagian penting dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang menghadirkan pengalaman belajar bermakna bagi murid. Saat ini guru bukan menjadi sumber belajar utama karena banyak sekali sumber belajar lainnya juga dari lingkungan sekitar. Hal ini akan merangsang tumbuhnya kemandirian siswa dalam proses pembelajaran. Hal yang terkadang dihadapi adalah bagaimana mengkolaborasikan nilai-nilai dan peran guru penggerak agar bisa bersinergi dengan konsep merdeka belajar serta pengembangan potensi siswa yang mengikuti kodrat alam juga selaras dengan kodrat zamannya. 

Implementasi dari nilai-nilai dan peran guru penggerak bertujuan untuk mewujudkan visi sekolah yang berpihak pada murid . Tujuannya tentu saja untuk mengembangkan pendidikan ke arah yang lebih baik lagi dimulai dari kelas dimana guru menuntun untuk memberikan peran aktif murid dalam proses pembelajaran sehingga menghasilkan pembelajaran bermakna. 

Modul 1.3 Apresiasi inquiri merupakan paradigma perubahan dalam belajar yang menyenangkan, saling menghargai, toleransi, murid senang, bahagia dan nyaman, diskusi kelas, refleksi diri, meotivasi instrinsik, menggali kekuatan, keterbukaan, apersepsi yg menyenangkan, semangat, berfikir positif, berkolaborasi, mendengarkan pendapat siswa, disiplin, tidak monoton, suasana kelas hidup, menggali potensi yang maksimal. Hal ini berkaitan dengan visi sekolah. Sebaiknya visi sekolah adalah bertujuan untuk menemukan talenta yang diberikan Tuhan kepada setiap anak dengan cara yang menyenangkan dan memaksimalkan penggunaannya untuk kepentingan yang lebih luas. Tahapan dalam pembelajaran Apresisi inquiri adalah melalui tahapan Bagja yang meliputi: Buat pertanyaan (Define), Ambil Pelajaran (Discover), Gali mimpi (Dream), Jabarkan rencana (Design) dan Atur ekskusi (Deliver). 

Modul 1.4 Budaya positif Di sekolah

Peran guru dalam membangun budaya positif terkait dengan penumbuhan karakter anak, memahami perilaku mereka sendiri, membangun inisiatif, menjadi bertanggungjawab atas pilihan mereka dan menghargai diri mereka sendiri dengan orang lain. Tindakan yang tepat yaitu dengan bertanya dan membuat kesepakatan agar mendorong motivasi intrinsik. Jadi guru lebih ke arah menuntun dalam proses pembelajaran. Dalam proses “menuntun”, anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar.

Modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi
Setiap siswa memiliki kelebihan dan keunikan masing-masing. Guru dalam memberikan pembelajaran harus bisa memberikan pelayanan kepada seluruh siswa sesuai dengan kebutuhan belajar siswa. Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan: 
  • Menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. 
  • Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. 
  • Penilaian berkelanjutan. (proses penilaian formatif yang telah dilakukan), 
  • Refleski guru (bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya. Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlumenggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda. 
  • Pengelolaan kelas yang efektif
Kebutuhan belajar siswa bisa dilihat dari pemetaan berdasarkan minat, readiness/kesiapan belajar  dan profil belajar/gaya belajar siswa. Starategi yang bisa digunakan meliputi strategi Konten, Strategi proses dan strategi produk. 

Modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional
Sadari bahwa emosi menentukan bagaimana kita mengambil keputusan. Penelitian neurosains menunjukkan bahwa pengambilan keputusan dimulai dari sistem limbik atau pengelola emosi kita.

Kompetensi Sosial Emosional Casel adalah sebagai berikut:
  1. Kesadaran Diri (Pengenalan Emosi). Kesadaran diri meliputi kemampuan memahami proses belajar dan pemikiran diri, mengembangkan sikap percaya diri dan memahami perasaan, minat, nilai dan kekuatan.
  2. Kesadaran Sosial (Empati). Kesadaran sosial meliputi pemahaman perbedaan perspektif dan berempati, mengenali dan menghargai persamaan maupun perbedaan, memanfaatkan sumber daya di rumah, sekolah dan komunitas secara efektif.
  3. Pengelolaan Diri (Pengelolaan emosi dan fokus). Pengelolaan diri meliputi mengelola stress, mengontrol impuls dan ketekunan dalam menghadapi hambatan, atau sering disebut dengan Mengelola emosi dan fokus).  Stop/ BehentiHentikan apapun yang sedang Anda lakukaTake a deep Breath/ Tarik nafas dalam. Sadari napas masuk, sadari napas keluar. Rasakan udara segar yang masuk melalui hidung. Rasakan udara hangat yang keluar dari lubang hidung. Lakukan 2-3 kali. Napas masuk, napas keluar. Observe/ Amati. Amati apa yang Anda rasakan pada tubuh Anda?Amati perut yang mengembang sebelum membuang napas. Amati perut yang mengempes saat Anda membuangnapas. Amati pilihan-pilihan yang dapat Anda lakukan. Fokus pada pilihan Anda yang terbaik saat ini. Proceed/ Lanjutkan. Latihan selesai. 
  4. Pengambilan keputusan yang bertanggungjawab. Dalam pengambilan keputusan yang bertanggungjawab mempertimbangkan faktor etika, akademik, standard masyarakat  dalam membuat pilihan dan keputusan. Memberikan Kontribusi terhadap perwujudan dan wellbying sekolah dan komunitas.
  5. Ketrampilan Sosial (Resiliensi). Ketrampilan resiliensi meliputi: membangun hubungan yang sehat berlandaskan kerjasama dan sikap hormat. menolak tekanan sosial yang tidak tepat. mencegah dan mengelola serta menyelesaikan konflik. Mencari pertolongan bila membutuhkan. 
“Kebahagiaan adalah pada saat kita dapat menghargai apa yang ada di sini dan sekarang dan dapat membangun hubungan maupun kerjasama dengan orang lain atas dasar hormat dan saling menghargai
(Rusdy Rukmarata, budayawan)

Ruang Lingkup
Implementasi Pembelajaran Sosial dan Emosional
  • Kegiatan rutin: kegiatan yang dilakukan di luar waktu belajar akademik sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing (Mis. ekskul, perayaan hari besar, kegiatan sekolah, apel pagi, kerja bakti, senam bersama, kunjungan perpustakaan yang dijadwalkan, membaca bersama, seminar/pelatihan)
  • Terintegrasi dalam pembelajaran: sebagai strategi pembelajaran atau diintegrasikan dalam kurikulum.
  • Protokol: budaya atau aturan sekolah yang sudah menjadi kesepakatan bersama dan diterapkan secara mandiri oleh murid atau sebagai kebijakan sekolah untuk merespon situasi atau kejadian tertentu. Misalnya, menjaga ketenangan di ruang perpustakan, berdoa di mushola sekolah dengan khidmat,



Referensi:

https://p3gtk.kemdikbud.go.id/konten/nilai-dan-peran-guru-penggerak-bvz3de1e

MINDUP CURRICULUM (SCHOLASTIC) & BOUNCE BACK (PEARSON).



Related

newsticker 1136977461625451956

Posting Komentar

Follow us !

Blogger news

Trending

Label

item