MAKALAH TEORI DAN PROSES PENDIDIKAN

 TUGAS MAKALAH

MATA KULIAH TEORI DAN PROSES PENDIDIKAN

 TEORI DASAR DALAM PROSES BELAJAR

DOSEN PENGAMPU:  Dr. SUDJARWO S. MSc

DISUSUN OLEH:

 

1.  NURÁINI            NPM 20207370037

2.  KAMALUDIN SUGANDA NPM 20207370035

 

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS PASCASARJANA

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

JAKARTA

2020


KATA PENGANTAR

 Assalaamuálaikum Wr.Wb.

Segala Puji serta syukur atas kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, ditengah-tengah kesibukan penulis melakukan kegiatan pekerjaan rutin, senantiasa berkeinginan untuk menuntut ilmu dengan mengikuti perkuliahan Pasca Sarjana dan menyusun makalah untuk menunjang kegiatan pembelajaran.

Makalah ini memuat tentang teori dasar dalam proses belajar. Secara Praktis, komposisi pembahasan dalam makalah ini adalah pengertian belajar, teori dasar belajar, proses belajar, tujuan belajar, komponen yang mempengaruhi proses belajar.

Disadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kelemahan dan keterbatasan pembahasan mengingat begitu luas kajian materi ini dilihat dari berbagai sudut pandang. Oleh karena itu, penulis menyampaikan banyak terima kasih atas saran, pendapat dari semua pihak. Semoga makalah ini bermanfaat dalam upaya menunjang kegiatan pembelajaran.

Wassalaamuálaikum Wr. Wb

 

Jakarta, Oktober 2020

 

 

 

Penulis


DAFTAR ISI

 

Halaman Cover ……………………………………………………………….

i

Kata Pengantar    …………………………………………………………..

ii

Daftar isi ……………………………………………………………………..

iii

BAB 1 PENDAHULUAN ………………………………………………….

1

A. Latar Belakang Masalah …………………………………………………

1

B. Rumusan masalah ………………………………………………………..

2

C. Tujuan Penyusunan Makalah …………………………………………….

2

BAB II LANDASAN TEORI ………………………………………………

3

A. Belajar ……………………………………………………………………

3

B. Proses belajar …………………………………………………………….

5

BAB III PEMBAHASAN ………………………………………………….

14

A. Belajar ……………………………………………………………………

14

B. Proses belajar …………………………………………………………….

14

BAB IV PENUTUP  …….………………………………………………….

14

A. Kesimpulan …….………………………………………………………..

19

B. Saran ……………………………………………………………………..

19

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….…

20

 

 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai kompetensi, ketrampilan dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia itu lahir sampai akhir hayat. Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapat perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman atau dengan kata lain belajar dapat membawa perubahan bagi si pelaku baik perubahan pengetahuan, sikap maupun ketrampilan.

Proses pembelajaran yang ideal adalah proses pembelajaran yang dikemas dengan memperhatikan adanya berbagai aspek baik itu kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Apabila proses pendidikan dapat dilaksanakan dengan memperhatikan adanya keseimbangan ketiga aspek tersebut maka output pendidikan akan mampu mengantisipasi perubahan dan kemajuan masyarakat. Dengan kata lain, proses belajar kita harus memperhatikan aspek kreatifitas.

Pengembangan kreatifitas pada peserta didik yang dimulai sejak awal akan mampu membentuk kebiasaan cara berfikir peserta didik yang sangat bermanfaat bagi peserta didik itu sendiri di kemudian hari. Kenyataan yang ada saat ini, hampir semua sistem sekolah yang ada di negeri ini kurang menyentuh dan mengembangkan kreatifitas karena adanya tuntutan kurikulum.

Dalam proses pendidikan di sekolah, tugas utama guru adalah mengajar. Sedangkan tugas utama siswa adalah belajar. Dalam proses pengajaran, unsur proses belajar memegang peranan penting. Mengajar adalah proses membimbing kegiatan belajar. Kegiatan mengajar hanya bermakna bila terjadi kegiatan belajar siswa. Oleh karena itu sangatlah penting bagi setiap guru memahami sebaik-baiknya tentang teori dasar dalam proses belajar siswa agar guru dapat memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan yang tepat dan serasi bagi siswa.

 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah: Bagaimana teori dasar dalam Proses Belajar?

 C. Tujuan Penyusunan Makalah 

Tujuan dalam  penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui teori dasar dalam Proses Belaja.r

BAB 2

LANDASAN TEORI

 A. Belajar

Menurut Syarif Hidayat (2015), Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu, berkat adanya interaksi anatara individu dan individu dengan lingkungan.

Dalam pengertian ini terdapat kata perubahan yang berarti bahwa seseorang setelah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, ketrampilannya maupun sikapnya. Misalnya dari tidak bisa menjadi bisa. Dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari ragu-ragu menjadi yakin, dari tidak sopan menjadi sopan.

Menurut Hilgard dalam syarif Hidayat (2019:121), mengatakan: Learning is the process by which an activity originates as changed through training procedures (whether in the laboratory or in the natural environment). Belajar adalah proses melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan apakah dalam laboratorium ataukah dalam lingkungan alamiah.

Menurut Cronbach (1954) dikutip dari Baharuddin dan wahyuni (2007) mengatakan bahwa belajar ditunjukkan dengan perubahan tingkah laku melalui pengalaman.

Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar itu ditandai adanya perubahan tingkah laku. Ini berarti, bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu adanya perubahan tingkah laku, dari tidak tau menjadi tau, dari tidak terampil menjadi terampil. Tanpa mengamati tingkah laku hasil belajar, kita tidak dapat mengetahui ada tidaknya hasil belajar.

Definisi mengenai belajar sangat beragam menurut para ahli, begitu pula banyak teori yang dikemukakan oleh para ahli mengenai teori belajar. Teori-teori belajar dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, yaitu teori yang berorientasi pada aliran behaviorisme, aliran kognitif dan teori belajar Albert Bandura (Syarif Hidayat,2015:77)

Menurut Morris L Bigge dalam Sarif Hidayat (2015:72), ada dua kelompok teori belajar yaitu kelompok teori belajar sebelum abad ke 20 yang terdiri dari tiga macam, diantaranya teori disiplin mental, teori aktualisasi diri dan teori apersepsi. Sedangkan kelompok belajar abad ke 20 terdiri dari dua kelompok yaitu teori S-R dan teori kognitif.

Belajar dapat dikatakan berhasil jika terjadi perubahan dalam diri siswa, namun tidak semua perubahan perilaku dapat dikatakan belajar karena perubahan tingkah laku akibat belajar memiliki ciri-ciri perwujudan yang khas (Muhibbidin Syah dalam syarif Hidayat, 2015:74) antara lain:

a.  Perubahan intensional

Perubahan dalam proses belajar adalah karena pengalaman atau praktik yang dilakukan secara sengaja dan disadari. Pada ciri ini siswa menyadari bahwa ada perubahan dalam dirinya, seperti penambahan pengetahuan, kebiasaan dan ketrampilan.

b.  Perubahan positif dan aktif

Positif berarti perubahan tersebut baik dan bermanfaat bagi kehidupan serta sesuai dengan harapan karena memperoleh sesuatu yang baru yang lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan aktif artinya perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha dari siswa yang bersangkutan.

c.  Perubahan efektif dan fungsional

Perubahan dikatakan efektif apabila membawa pengaruh dan manfaat tertentu bagi siswa. Sedangkan perubahan yang fungsional artinya perubahan dalam diri siswa tersebut relatif menetap dan apabila dibutuhkan perubahan tersebut dapat direproduksi dan dimanfaatkan lagi.

 

B. Proses Belajar

1. Pengertian proses Belajar

Proses belajar adalah serangkaian aktivitas yang terjadi pada pusat syaraf individu yang belajar. Proses belajar terjadi secara abstark, karena terjadi secara mental dan tidak dapat diamati. Oleh karena itu, proses belajar hanya dapat diamati jika ada perubahan perilaku dari seseorang yang berbeda dari sebelumnya.

Menurut Jerome S. bruner (1960), Proses belajar terdiri dari tiga fase yaitu: (1) informasi/penerimaan materi., (2) transformasi/tahap pengubahan materi; (3) evaluasi/penilaian materi. Dalam tiap pelajaran kita peroleh sejumlah informasi, ada yang menambah pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang memperhalus dan memperdalamnya ada pula informasi yang bertentangan dengan apa yang telah kita ketahui sebelumnya. Informasi itu harus dianalisis diubah atau ditransformasikan ke dalam yang lebih abstrak, atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas, dalam hal ini bantuan guru sangat diperlukan. kemudian kita nilai hingga  manakah pengetahuan yang  kita peroleh dan transformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.

Dalam proses belajar ketiga episode ini selalu ada, yang menjadi masalah ialah berapa banyak informasi yang diperlukan agar dapat ditransformasi. Lama tiap episode tidak selalu sama, hal ini antara lain tergantung pad hasil yang diharapkan, motivasi murid belajar, minat, keinginan untuk mengetahui, dan dorongan untuk menemukan sendiri.

Proses belajar menurut Robert M. Gagne (1970)  dapat digambarkan sebagai (S) stimulus---(R) respon. S yaitu situasi yang memberi stimulus, sedangkan R adalah respon dan garis diantaranya adalah hubungan antara stimulus dengan respon yang terjadi dalam diri seseorang yang tidak dapat kita amati, yang bertalian dengan sistem syaraf dimana terjadi transformasi perangsang yang diterima melalui alat indra.

Stimulus merupakan input yang berada di luar individu, sedangkan respons adalah outputnya, yang juga berada di luar individu sebagai hasil belajar yang dapat diamati (Nasution, 2000:136). Ada 3 komponen penting yakni kondisi eksternal yaitu stimulus dari lingkungan dalam acara belajar, kondisi internal yang menggambarkan keadaan internal dan proses kognitif siswa dan hasil belajar yang menggambarkan informal verbal, ketrampilan intelek, ketrambpilan motorik, sikap dan siasat kognitif.

Menurut Sukmadinata (1987), kegiatan mengajar tidak dapat dilepaskan dari belajar, sebab keduanya merupakan dua sisi dari sebuah mata uang. Mengajar merupakan suatu upaya yang dilakukan guru agar siswa belajar. Proses belajar dilihat dari proses pengajaran terdiri dari:

1. Belajar Intuitif

Berfikir intuitif tidak memiliki langkah-langkah yang dapat dirumuskan secara pasti dan teliti, lebih merupakan suatu manuver yang didasarkan atas persepsi implisit dari keseluruhan masalah. Faktor-faktor yang mempengaruhi berfikir intuitif:

a. Faktor Guru

Murid tidak akan berfikir intuitif manakala mereka tidak melihat bagaimana gurunya melakukan demikian dengan hasil baik.

b. Penguasaan  bahan

Intuisi adalah memperoleh jawaban berdasarkan keterangan yang sangat terbatas. Kemungkinan bahwa hasil pemikiran intuitif tidak benar dan karena itu perlu diselidiki.

c. Struktur pengetahuan.

Memahami struktur atau seluk-beluk suatu bidang ilmu memberi kemungkinan yang lebih besar untuk berfikir intuitif. Dalam matematika misalnya, ditekankan agar anak-anak memahami struktur bidang studi itu.

d. Prosedur heuristik

Yaitu mencari jawaban dengan cara yang tidak ketat, misalnya menganjurkan murid-murid untuk menemukan jawaban atas masalah yang pelik dengan memikirkan masalah yang ada persamaannya yang lebih sederhana.

e. Menerka

Dalam menghadapi masalah-masalah pelik, kita juga sering mengambil keputusan berdasarkan data yang tidak lengkap. Sehingga kita terpaksa menerka apa tindakan yang sebaiknya, menghukum anak yang menerka jawaban akan menghalanginya berfikir produktif dan kreatif.

 

2. Belajar Bermakna

Belajar bermakna menuntut 3 persyaratan: (a) materi yang diajarkan harus dapat dihubungkan dengan stuktur kognitif secara beraturan karena adanya kesamaan isi. (b) Siswa harus memiliki konsep yang sesuai dengan materi yang akan dipelajarinya, (c) siswa harus memiliki kemauan atau motif untuk menghubungkan konsep tersebut dengan struktru kognitifnya.

Berikut adalah macam-macam belajar bermakna:

a. Belajar represensional

Merupakan  suatu proses belajar untuk mendapatkan makna dari simbol-simbol. Kalau orang tua mengatakan kucing di depan anaknya sambil menunjuk kepada binatang kucing, maka pada struktur kognitif anak akan timbul dua perangsang internal yang akan memberikan makna kucing kepada binatang kucing. Maka  kata kucing menjadi represen dari binatang kucing.

 

b. Belajar konsep,

Belajar konsep akan mempunyai makna logis dan makna psikologis. Makna logis terbentuk karena pemahaman akan ciri-ciri umum yang ditemukan dalam kehidupan. Makna psikologis merupakan makna yang diperoleh dari pengalaman pribadi / subjektif individu.

c. Belajar Proposisi/kalimat

Belajar proposisi merupakan suatu ungkapan yang menjelaskan hubungan antara dua atau lebih konsep. Proposisi ini ada yang umum dan ada yang khusus. Contoh proposisi umum: binatang buas makan daging, yang berisi banyak daging. Proposisi khusus: harimau makan kelinci yang berisi satu-satu konsep.

d. Belajar discovery/mencari

Belajar discovery ini menekankan kepada penemuan dan pemecahan oleh siswa sendiri. 

e. Belajar pemecahan masalah

Belajar pemecahan masalah merupakan salah satu bentuk belajar discovery tahap tinggi. Siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang perlu pemecahan. Siswa berusaha membatasi masalah, membuat jawaban sementara, mencari data-data, mengadakan pembuktian hipotesis dan menarik kesimpulan.

f. Beajar Kreatif

Pembelajaran kreatif merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan pengajar dapat memotivasi dan memunculkan kreatifitas peserta didik selama pembelajaran berlangsung. Dengan menggunakan beberapa metode dan strategi yang bervariatif misalnya kerja kelompok, pemecahan masalah dan sebaginya.

Pembelajaran kreatif mengharuskan pengajar untuk mampu merangsang peserta didik memunculkan kreatifitas, baik dalam konteks kreatif berfikir maupun dalam konteks kreatif melakukan sesuatu.

Menurut Wittig (1981) proses belajar terbagi menjadi:

a. Acquisition (tahap penerimaan informasi)

b. Storage (tahap penyimpanan informasi)

c. Retrieval (tahap mendapatkan lembali informasi).

Proses belajar berdasarkan kerja otak yaitu:

a. Otak Kiri

Walau dapat membaca cepat, belum tentu pemahamannya baik, untuk memahami apa yang dibaca, harus dengan membaca berlahan (silent) dan pelan-pelan (slowly), sehingga akan masuk ke dalam pikirannya. Biasanya menggunakan catatan, sehingga penyimpanan informasinya sistematik.

b. Otak Kanan

Proses belajar secara visual dan spasial (penglihatan dalam ruang). Orientasi visualnya yang multidimensi membuat kecenderungan untuk melakukan kesalahan dalam  menyalin huruf dan angka.

c. Kedua Otak

Merupakan gabungan dari proses belajar dominan otak kiri dan otak kanan.

Proses belajar berdasarkan proses terjadinya terbagi menjadi 2 yaitu:

a. Proses belajar terjadi karena ada reinforcement sebagai motivasi siswa agar terjadi perubahan tingkah laku (behaviorism) proses belajar terjadi sesuai tingkat perkembangan biologis seseorang (maturasionisme).

b. Proses belajar terjadi karena bentukan kita sendiri (selfcontructions)

 

2. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran sebenarnya adalah untuk memperoleh pengetahuan dengan suatu cara yang dapat melatih kemampuan intelektual para siswa dan merangsang keingintahuan serta memotivasi kemampuan mereka (Dahar, 1996:106). Tujuan pembelajaran dibagi menjadi tiga kategori yaitu: kognitif (kemampuan intelektual), afektif (perkembangan moral), dan psikomotorik (keterampilan).

Hal ini diperkuat oleh pendapat Blomm yang membagi tiga kategori dalam tujuan pembelajaran yaitu: 1) Kognitif, 2) Afektif, 3) Psikomotorik (Nasution, 1998:25). Tujuan kognitif berkenaan dengan kemampuan individu mengenal dunia sekitarnya yang meliputi perkembangan intelektual. Tujuan afektif mengenai perkembangan sikap, perasaan, nilai-nilai yang disebut juga perkembangan moral.

Sedangkan tujuan psikomotorik adalah menyangkut perkembangan keterampilan yang mengandung unsur-unsur motorik sehingga siswa mengalami perkembangan yang maju dan positif. Tujuan pembelajaran di dalamnya terdapat rumusan tingkah laku dan kemampuan yang harus dicapai dan dimiliki siswa atau peserta didik setelah menyelesaikan kegiatan belajar dalam proses pengajaran. Oleh karena itu, tujuan pembelajaran yang dibuat oleh guru haruslah bermanfaat bagi siswa dan sesuai dengan karakteristik siswa supaya tujuan tersebut dapat tercapai secara optimal.

Berdasarkan penjelasan tentang tujuan pembelajaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran adalah sebagai upaya membekali diri siswa dengan kemampuan-kemampuan yang bersifat pengalaman, pemahaman moral dan keterampilan sehingga mengalami perkembangan positif.

Proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan lancar apabila tidak didukung dengan komponen-komponen dalam pembelajaran, karena antara proses pembelajaran dengan komponen pembelajaran saling berkaitan dan membutuhkan. Komponen dalam pembelajaran sangat penting keberadaannya karena dengan pembelajaran diharapkan perilaku siswa akan berubah ke arah yang positif dan diharapkan dengan adanya proses belajar mengajar akan terjadi perubahan  tingkah laku pada diri siswa.

 

3. Komponen Pembelajaran.

Adapun komponen yang mempengaruhi berjalannya suatu proses pembelajaran menurut Zain dkk (1997:48), dalam kegiatan belajar mengajar terdapat beberapa komponen pembelajaran yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya yaitu: 1) guru, 2) siswa, 3) materi pembelajaran, 4) metode pembelajaran, 5) media pembelajaran, 6) evaluasi pembelajaran.

 

BAB III

PEMBAHASAN

 

A. Belajar

Belajar merupakan suatu proses dari seorang indiviodu yang berupaya mencapai tujuan belajar atau yang biasa disebut hasil belajar, yaitu suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Belajar tidak hanya dilakukan di sekolah saja, namun dapat dilakukan di mana-mana, seperti di rumah ataupun di lingkungan masyarakat. Siswa mengalami sendiri dari proses tidak tau menjadi tau, karena itu sebaik-baik belajar adalah dengan mengalami. Dalam mengalami itu peserta didik mempergunakan pancaindranya yang tidak terbatas hanya panca inderapenglihatan saja, tetapi juga berlaku bagi indera yang lain.

Dengan belajar akan menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan, disini yang dipentingkan adalah pendidikan intelektual.Sebagian orang beranggapan bahwa belajar semata-mata hanya mengumpuklan atau menghapalkan fakta-fakta yang terjadi dalam bentuk informasi atau materi pelajaran dan sebagian berpendapat belajar sebagai latihan belaka seperti membaca dan menulis. Sesungguhnya belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan bidang pendidikan.

B. Proses Belajar

Proses belajar adalah tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor yang terjadi di dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju dari keadaan sebelumnya.

Beberapa  komponen dalam proses pembelajaran yaitu:

a. Guru.

Guru merupakan salah satu komponen yang sangat berpengaruh pada proses pembelajaran, karena guru memegang peranan yang sangat penting antara lain menyiapkan materi, menyampaikan materi, serta bertanggung jawab dan mengatur semua kegiatan belajar mengajar dalam  proses pembelajaran.

b. Siswa

Komponen lain yang juga berpengaruh terhadap jalannya suatu kegiatan belajar mengajar adalah siswa atau biasa juga disebut dengan peserta didik. Siswa sebagai individu adalah orang yang tidak bergantung pada orang lain dalam arti bebas menentukan sendiri dan tidak dipaksa dari luar, maka daripada itu dalam dunia pendidikan siswa harus diakui kehadirannya sebagai pribadi yang unik dan individual.

Setiap siswa memiliki karakteristik individual yang khas dan terus berkembang meliputi perkembangan emosional, moral, intelektual dan sosial. Perkembangan ini berpengaruh terhadap kemampuan siswa sebagai subjek pendidikan

c. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran merupakan komponen yang diperlukan oleh guru setelah menentukan materi pembelajaran. Berbagai macam metode dapat digunakan dalam proses pembelajaran sesuai dengan pembelajaran itu.

 

 

d. Media Pembelajaran

Suatu proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan maksimal apabila tidak didukung oleh media sebagai sarana untuk memudahkan seorang guru untuk berinteraksi dengan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Media merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik.

e. Evaluasi.

Evaluasi merupakan barometer untuk mengukur tercapainya proses interaksi, dengan mengadakan evaluasi dapat mengontrol hasil belajar siswa dan mengontrol ketepatan suatu metode yang digunakan oleh guru sehingga pencapaian tujuan pembelajaran dapat dioptimalkan.

Dalamp proses belajar intuitif Pemikir sampai pada suatu jawaban mungkin benar mungkin juga tidak, dengan sedikit pernyataan tentang proses pencapaiannya. Ia jarang menjelaskan bagaiamana memperoleh jawaban, mungkin juga ia tidak menyadari aspek-aspek dari situasi masalah yang ia hadapi/kerjakan. Pemikiran intuitif berkenaan dengan domain kognitif terutama dengan struktur pegetahuan, yang memungkinkan ia melangkah atau meloncat atau memotong jalan pendek untuk sampai pada suatu jawaban atau pemecahan. Hasil berfikir intuitif dapat dicek dengan kesimpulan dari hasil analitik.

Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang Struktur kognitif meliputi fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat siswa.

Dengan kata lain, belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami langsung apa yang dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih banyak indera daripada hanya mendengarkan orang/guru menjelaskan materi pembelajaran. Ada banyak pendekatan atau strategi pembelajaran yang dapat digunakan guru/pendidik untuk menciptakan iklim pembelajaran di kelas yang memungkinkan terjadinya pembelajaran bermakna, antara lain sebagai berikut:

a. Terimalah peserta didik apa adanya.

b. Kenali dan bina peserta didik melalui penemuannya terhadap diri sendiri.

c. Usahakan sumber belajar yang mungkin dapat diperoleh peserta didik untuk dapat memlilh dan menggunakannya.

d. Gunakan pendekatan iquiry-discovery.

e. Tekankan pentingnya pendekatan diri sendiri dan biarkan peserta didik mengambil tanggung jawab sendiri untuk memenuhi tujuan belajarnya

Belajar pada hakikatnya mengembangkan konstruksi pengetahuan baru sebagai hasil interaksi pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah ada. Belajar dengan membangun konstruksi pengetahuan baru lebih bermakna daripada belajar dengan hafalan. Ausubel menegaskan bahwa belajar dengan menerima konten final itu yang seharusnya lebih direkomendasikan di sekolah, tanpa harus menegaskan tentang penerapan model discovery learning. Akan tetapi, pemahaman konsep, prinsip dan ide-ide itu bisa dicapai melalui proses belajar deduktif.

Ada tiga manfaat penting dalam menerapkan pembelajaran bermakna bagi siswa, yaitu: pertama, informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat diingat; kedua, informasi-informasi baru yang dibangun siswa akan memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi belajar berkelanjutan; dan, ketiga, informasi yang dilupakan sesudah terbangun struktur pengetahuan baru akan mempermudah proses belajar hal-hal yang mirip walaupun telah terlupakan.

Keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran merupakan indikator pelaksanaan kurikulum yang telah dibuat oleh lembaga bimbingan belajar, sehingga dalam proses pembelajaran guru dituntut untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif sehingga memungkinkan dan mendorong siswa untuk mengembangkan segala kreatifitasnya dengan bantuan guru. Peranan guru di sini sangatlah penting, yaitu guru harus menyiapkan materi dan metode pembelajaran, serta guru juga harus mengetahui dan memahami keadaan siswanya demi kelancaran pembelajaran.

 

BAB IV

PENUTUP

 

A. Kesimpulan

Belajar itu ditandai adanya perubahan tingkah laku. Ini berarti, bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu adanya perubahan tingkah laku, dari tidak tau menjadi tau, dari tidak terampil menjadi terampil. Tanpa mengamati tingkah laku hasil belajar, kita tidak dapat mengetahui ada tidaknya hasil belajar.

Proses belajar adalah tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor yang terjadi di dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju dari keadaan sebelumnya. Proses belajar terjadi secara abstark, karena terjadi secara mental dan tidak dapat diamati. Oleh karena itu, proses belajar hanya dapat diamati jika ada perubahan perilaku dari seseorang yang berbeda dari sebelumnya.

 

B. Saran

Sebagai pendidik hendaknya secara konsisten untuk mengamati peruabahan perilaku pada peserta didik, agar sekecil apapun perubahan itu yang sifatnya abstrak dapat dapat diamati dengan jelas.

Perlu mendapat dukungan dari semua komponen yang berpengaruh pada proses belajar, agar proses belajar berjalan sesuai dengan tujuan pembelajarannya.

 

 DAFTAR PUSTAKA


Syarif Hidayat. 2019. Teori,Pproses dan Konteks Sosial Budaya Pendidikan. Tangerang: Pustaka Mandiri

Syarif Hidayat. 2015. Teori dan Prinsip Pendidikan. Tangerang: Pustaka Mandiri

H. T. Zahara. 2016. Landasan Kependidikan. Tangerang: Pustaka Mandiri.

Baharudin dan wahyuni, Esa Nur. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: AR-RUZZ Media.

https://dianpelita.wordpress.com/2011/02/21/teori-teori-dan-proses-belajar/

https://technurlogy.wordpress.com/2011/01/10/proses-belajar-konsep/

http://gurusep.blogspot.com/2015/05/prinsip-prinsip-pembelajaran-bermakna.html

Related

newsticker 7516836323298453767

Posting Komentar

Follow us !

Blogger news

Trending

Label

item