SISTEM DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM IPS
MAKALAH
MATA KULIAH KURIKULUM PENDIDIKAN-IPS
TEMA: SISTEM DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM IPS
DOSEN PENGAMPU: Dr. SUDJARWO SINGOWIDJOJO, M.Sc
DISUSUN OLEH:
ASEP SAEPUL AZIZ NPM 20207370066
PENDIDIKAN IPS NON REGULER B 2N SEMESTER II
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI JAKARTA 2021
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Zaman mengalami perkembangan dan perubahan di berbagai bidang. Perkembangan dan perubahan tersebut dapat mempengaruhi perubahan sistem pendidikan. Pada zaman sekarang, pendidikan menjadi hal penting dalam kehidupan bermasyarakat, karena dengan pendidikan dapat merubah kualitas hidup seseorang.
Kurikulum hadir untuk menyelesaikan problem dan menjawab tuntutan di masyarakat. Kurikulum disusun untuk memudahkan berjalannya proses pendidikan yang ada. Dalam kurikulum terdapat proses pengembangan yang secara umum terdiri dari perencanaan, penelitian, penyusunan/implementasi dan evaluasi. Proses pengembangan ini bertujuan untuk menciptakan kurikulum yang efektif.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sistem Pengembangan kurikulum IPS?
2. Bagaimanakah pendekatan dalampengembangan kurikulum IPS?
2. Mengetahui bagaimana pendekatan dalam pengembangan kurikulum IPS
BAB II PEMBAHASAN
Pengembangan kurikulum (curriculum development/curriculum planning atau curriculum design) adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang ditujukan untuk membawa siswa ke arah perubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai perubahan-perubahan itu telah terjadi pada diri siswa. Dalam hal ini, pengembangan kurikulum adalah suatu proses siklus yang tidak pernah ada titik awal dan akhirnya. Sebab, pengembangan kurikulum ini merupakan suatu proses yang bertumpu pada unsur-unsur dalam kurikulum, yang di dalamnya meliputi tujuan, metode dan material, penilaian dan balikan (feedback).
Tujuan menggambarkan semua pengetahuan dan pertimbangan tujuan-tujuan pembelajaran, baik berhubungan dengan mata pelajaran maupun kurikulum secara keseluruhan. Metode dan material menggambarkan metode-metode dan material sekolah guna mencapai tujuan-tujuan tersebut. Penilaian, berhubungan dengan sejauh mana keberhasilan kegiatan yang telah dikembangkan tujuan baru (Hidayat, 2013)
Balikan (feedback), merupakan semua pengalaman yang telah diperoleh dan pada gilirannya menjadi titik tolak bagi langkah pengembangan. Pengembangan kurikulum sendiri adalah kegiatan yang mengacu pada usaha untuk melaksanakan, mempertahankan dan menyempurnakan kurikulum yang telah ada guna memperoleh hasil yang lebih baik lagi. Dari kurikulum 1994, suplemen 1999, KBK dan KTSP. Dalam kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkatan Satuan Pendidikan) pengembangan kurikulum dilakukan oleh Guru, Kepala Sekolah serta Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan (Hidayat, 2013).
Dalam pengertian yang luas tersebut, kepala sekolah perlu memahami dan mengkritisi komponen-komponen yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum, dalam arti perlu menggali secara terus menerus pertanyaan-pertanyaan mendasar serta berusaha mencari alternatif jawabannya mengenai hal-hal yang terkandung dalam masing-masing unsur berikut ini:
1. Unsur Dasar (Filosofis) yang Meliputi:
b. Orientasi pendidikan
c. Tujuan pendidikan
d. Prinsip-prinsip kurikulum yang dianut
e. Fungsi kurikulum
2. Unsur Pendidik
a. Kode etik pendidik
b. Kualifikasinya
c. Pengembangan peserta didik seperti inservice training, penataran, workshop dan sebagainya
d. Placement
e. Kesejahteraan
3. Unsur Materi
a. Jenis materi
b. Ruang lingkup materi
c. Klasifikasi materi
d. Urutan sistematikanya
e. Sumber acuannya
4. Unsur Penjenjangan
a. Graded or non-graded
b. Tahun perjenjangan
c. Terminasi
d. Sistem SKS atau paket
e. Penjurusan
5. Unsur Sistem Penyampaian
a. Strategi dan pendekatannya
b. Metode pengajarannya
c. Pengaturan kelas
d. Pemanfaatan media pendidikan
6. Unsur Sistem Evaluasi
a. Konsep dasar tentang criteria keberhasilan
b. Sistem penilaian
c. Hal-hal yang harus dievaluasi
d. Masalah test dan bentuknya
e. Inspeksi atau pengawasan
7. Unsur Peserta Didik (input)
a. Persyaratan masukan (rekrutmen)
b. Kualitas peserta didik yang diharapkan
c. Kuantitas peserta didik
d. Latar belakang peserta didik, pendidikannya, sosialnya, budayanya, agamanya, pengalaman hidupnya, potensi, minat, bakat dan inteligensi
8. Komponen Proses Pelaksanaan
a. Pola belajar-mengajar, presentasi, independen study atau inquiry approach
b. Intensitas dan frekuensinya
c. Model interaksi pendidik-peserta didik di dalam dan di luar kegiatan tatap muka di kelas, seperti interaksi di waktu istirahat, kegiatan kepramukaan, pergaulan laki-laki dan perempuan dan sebagainya
d. Pengelolaan kelas dan penciptaan suasana betah di kelas
9. Unsur Lulusan (Output)
a. Kualitas lulusan
b. Organisasi alumni sebagai media pendidikan lanjut antara pendidik dan peserta
c. didik, serta sebagai media monitoring terhadap hasil pendidikannya di masyarakat,
d. sehingga bisa digunakan untuk evaluasi kurikulum
e. Bimbingan lanjut melalui bulletin atau majalah
f. Reuni dan sebagainya
10. Unsur Organisasi Kurikulum
a. Sentralisasi atau desentralisasi
b. Pola organisasi kurikulumnya
c. Real curriculum,hidden curriculum, open-ended curriculum
d. Kegiatan intra kurikuler, ko kurikuler dan ekstra kurikuler
11. Unsur Bimbingan dan Penyuluhan
a. Strategi pendekatan tradisional, developmental atau neo-tradisional
b. Jenis dan program layanan BP: jabatan, karir, perkawinan dan sebagainya
c. Pengorganisasiannya
d. Proses layanan
12. Unsur Administrasi Sekolah
a. Manajemen kelembagaannya
b. Manajemen ketenagaannya
c. Manajemen hubungan dengan orang tua siswa dan masyarakat
d. Ketatausahaan sekolah
e. Manajemen sistem informasi
13. Unsur Sarana dan Pra-Sarana
a. Buku teks
b. Perpustakaan
c. Laboratorium dan studio
d. Perlengkapan sekolah / kelas
e. Media pendidikan atau pengajaran
f. Gedung sekolah
14. Unsur Pengembangan
a. Adanya evaluasi dan inovasi kurikulum
b. Adanya penelitian
c. Perencanaan pengembangan jangka pendek, menengah dan jangka panjang
d. Seminar, diskusi, lokakarya
e. Penerbitan
f. Peranan dan partisipasi BP 3
g. Kerja sama dengan lembanga-lembaga lain di dalam dan di luar negeri
15. Unsur Biaya Pendidikan
a. Sumber biaya dan alokasinya
b. Perencanaan penggunaan boaya pendidikan
c. Sistem pertanggungjawab keuangan dan pengawasannya
16. Unsur Lingkungan
a. Suasana kelas (fisik dan non fisik)
b. Suasana sekolah (fisik dan non fisik)
c. Suasana di sekitar sekolah
d. Suasana di daerah setempat; lokal, regional, nasional dan global
Berdasarkan pengelompokan di atas terlihat bahwa dalam pengembangan kurikulum banyak unsur atau aspek yang harus diperhatikan, paling kurang ada enam belas aspek dasar yaitu: pendidik, materi, perjenjangan, sistem penyampaian, sistem evaluasi, peserta didik,proses pelaksanaan, output, organisasi kurikulum, bimbingan dan penyuluhan, administrasi sekolah, sarana dan pra sarana, usaha pengembangan, biaya pendidikan dan lingkungan.
Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang menyeluruh sebagai bentuk kebijakan nasional dalam pendidikan yang disesuaikan dengan visi, misi dan strategi yang dimiliki dari pendidikan nasional. Proses pengembangan kurikulum mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.
Pengembangan kurikulum diartikan sebagai suatu proses, maka dalam pelaksanaannya terdiri beberapa langkah yang harus dilakukan sebagaimana yang digambarkan oleh Hasan (2002) yang dikutip oleh Muhaimin dalam chart berikut ini.
Gambar. proses pengembangan kurikulum 4 Chart di atas menggambarkan proses pengembangan kurikulum mulai dari perencanaan kurikulum hingga evaluasi. Dalam perencaan kurikulum dimulai dengan merumuskan ide yang akan dikembangkan menjadi program. Ide dalam perencaan kurikulum berasal dari: 1.Visi yang dicanangkan 2. Kebutuhan stakeholders dan kebutuhan untuk studi jenjang berikutnya 3. Hasil evaluasi kurikulum yang telah digunakan dan tuntutan perkembangan ipteks dan zaman 4. Pandangan berbagai pakar keilmuan 5. perkembangan era globalisasi, di mana seseorang dituntut untuk memiliki etos belajar sepanjang hayat, memperhatikan bidang sosial, ekonomi, Politik, budaya dan teknologi.
Dari ide di atas kemudian dikembangkan rancangan program dalam bentuk dokumen seperti format silabus. Rancangan tersebut dikembangkan lagi dalam bentuk rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan seperti RPP atau SAP. Rencana tersebut berisi tentang langkah pembelajaran untuk siswa. Setelah rencana tersebut diterapkan kemudian dievaluasi sehingga dapat diketahui tingkat efektivitasnya. Dari hasil evaluasi ini akan diperoleh bekal untuk menyempurnakan kurikulum berikutnya.
Dari penjelasan di atas proses pengembangan kurikulum secara umum terdiri dari perencanaan, implementasi, serta evaluasi. Selain proses kurikulum secara umum diatas, ada empat tahap pengembangan kurikulum dilihat dari tingkatannya antara lain:
1. Pengembangan kurikulum pada tingkat nasional.
Pengembangan kurikulum pada tingkat ini membahas pendidikan pada tingkat nasional yang terdiri dari pendidikan formal, informal, dan non formal. Dari tingkatannya dapat dilihat secara vertikal dan horizontal. Secara vertikal, pengembangan kurikulum dilakukan berdasarkan tingkatan pendidikan dari yang terendah sampai ke tinggi. Sedangkan Secara horizontal, pengembangan kurikulum berdasarkan pendidikan yang sederajat, seperti contoh SD, MI, dan program paket A.
2. Pengembangan kurikulum pada tingkat institusi.
Pengembangan kurikulum tingkat ini memiliki beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan antara lain, merumuskan tujuan yang akan dicapai sekolah, menyusun SKL (standar kompetensi lulusan), dan penetapan isi kurikulum secara keseluruhan. Standar kompetensi lulusan berupa rumusan kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dicapai oleh siswa setelah mengikuti pembelajaran pada lembaga pendidikan. SKL tersebut dirumuskan sesuai dengan jenis dan tingkatannya. Standar kompetensi lulusan menunjukkan harapan masyarakat, seperti orangtua, penjabat pemerintah dan swasta tentang dunia pendidikan, dunia usaha, dan lain-lain, serta merupakan harapan bagi pendidikan jenjang tinggi atau dunia kerja.
3. Pengembangan kurikulum pada tingkat mata pelajaran
Silabus merupakan bentuk pengembangan kurikulum pada tingkat mata pelajaran. Silabus yang terdiri dari kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian, bentuk penilaian dan alokasi waktu disusun pada setiap semester.
4. Pengembangan kurikulum pada tingkat pembelajaran di kelas.
Pada tingkat pembelajaran dikelas pengembangan kurikulum dilakukan dalam bentuk susunan RPP ( Rencana Pelaksanaan Pendidikan) yang dirancang oleh masing-masing guru. Perencanaan tersebut juga meliputi sumber belajar yang akan digunakan.
Pengembangan kurikulum (curriculum development/curriculum planning atau curriculum design) adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang ditujukan untuk membawa siswa ke arah perubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai perubahan-perubahan itu telah terjadi pada diri siswa. Dalam hal ini, pengembangan kurikulum adalah suatu proses siklus yang tidak pernah ada titik awal dan akhirnya. Sebab, pengembangan kurikulum ini merupakan suatu proses yang bertumpu pada unsur-unsur dalam kurikulum, yang di dalamnya meliputi tujuan metode dan material, penilaian dan balikan (feedback).
Tujuan menggambarkan semua pengetahuan dan pertimbangan tujuan-tujuan pembelajaran, baik berhubungan dengan mata pelajaran maupun kurikulum secara keseluruhan. Metode dan material menggambarkan metode-metode dan material sekolah guna mencapai tujuan-tujuan tersebut. Penilaian, berhubungan dengan sejauh mana keberhasilan kegiatan yang telah dikembangkan tujuan baru (Hidayat, 2013)
Balikan (feedback), merupakan semua pengalaman yang telah diperoleh dan pada gilirannya menjadi titik tolak bagi langkah pengembangan. Pengembangan kurikulum sendiri adalah kegiatan yang mengacu pada usaha untuk melaksanakan dan mempertahankan dan menyempurnakan kurikulum yang telah ada guna memperoleh hasil yang lebih baik lagi. Dari kurikulum 1994, suplemen 1999, KBK dan KTSP. Dan kurikulum yang sekarang kita pakai adalah kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkatan Satuan Pendidikan) dalam KTSP, pengembangan kurikulum dilakukan oleh Guru, Kepala Sekolah serta Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan (Hidayat, 2013).
B. Pendekatan Pengembangan Kurikulum
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap suatu proses tertentu. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Dengan demikian pendekatan pengembangan kurikulum menunjuk pada titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses pengembengan kurikulum (Hamalik, 2007).
Pendekatan, lebih menekankan pada usaha dan penerapan langkah-langkah atau cara kerja dengan menerapkan suatu strategi dan beberapa metode yang tepat, yang dijalankan sesuai dengan langkah-langkah yang sistematik untuk memperoleh-hasilkerja-yang-lebih-baik. Kurikulum merupakan suatu perangkat pernyataan yang memberikan makna terhadap kurikulum sekolah, makna tersebut terjadi karena adanya penegasan hubungan antara unsur-unsur kurikulum, karena adanya petunjuk perkembangan, penggunaan-dan-evaluasi-kurikulum.
Caswell mengartikan pengembangan kurikulum sebagai alat untuk membantu guru dalam melakukan tugas mengerjakan bahan, menarik minat murid dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
Keadaan masyarakat yang terus menerus berubah dan berkembang menyebabkan munculnya masalah atau kebutuhan baru yang dihadapi siswa seperti dalam bidang sosial budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Oleh karena itu perubahan isi kurikulumpun perlu disesuaikan. Dengan demikian beberapa pendekatan pengembangan kurikulumberikut dapat dipilih:
1. Pendekatan Bidang Studi
Pendekatan ini menggunakan bidang studi atau mata pelajaran sebagai dasar organisasi kurikulum, misalnya matematika, sains, sejarah, geografi atau IPA, IPS seperti yang didapati dalam sistem pendidikan sekarang di semua sekolah dan universitas.Jika dikelompokkan atau dibedakan itu menjadi macro organizer, organizer dan micro organizer.
Organizer : Aljabar, Geometri, Kalkulus
Micro organizer : Aljabar I, Aljabar II dan sebagainya
Faktor yang diutamakan dalam pendekatan ini ialah penguasaan bahan dan proses dalam ilmu tertentu. Tipe orgasnisasi ini sesuai dengan falsafah realisme. Pendekatan ini paling mudah bila dibandingkan dengan pendekatan lainnya.Hal ini disebabkan disiplin ilmu telah jelas batasannya, oleh karena itu lebih mudah dievaluasi.
2. Pendekatan Interdisipliner
Pendekatan ini dibagi kepada tiga bentuk, yaitu:
a. Bentuk broad-field
Bentuk ini mengupayakan sebuah disiplin ilmu terintegrasi ke dalam beberapa disiplin ilmu yang saling berkaitan agar siswa memahami ilmu pengetahuan tidak dalam satu bidang saja tetapi terintegrasi dalam beberapa bidang studi yang luas dan aplikatif. Ketika mengajar IPS dengan membicarakan “lingkungan rumah” untuk itu guru harus membicarakan letak rumah, tukang pos yang mengantar surat, tukang sayur yang menjajakan macam-macam makanan (sayur, ikan, daging dan lain-lain), tukang angkut sampah yang datang dengan truk, tukang koran yang mengatarkan koran setiap hari dan majalah sekali seminggu, ibu yang setiap hari mengurus rumah tangga, kakak yang turut membantu ibu memasak, membersihkan rumah, bibi yang ikut membantu memasak dan menyapu halaman, biaya rumah tangga setiap hari dan setiap bulan.
Dalam bidang studi ini telah dilibatkan berbagai disiplin ilmu seperti geografi (lokasi rumah),ekonomi (biaya rumah tangga), matematika (pengeluaran tiap hari dan bulan), berhitung (menghitung belanja), sejarah (dimana ayah dulu tinggal dan belajar). Sains (rumah melindungi penghuninya terhadap pengaruh cuaca) dan sebagainya. Konsep kurikulum yang sama dapat digunakan di sekolah menengah dan perguruan tinggi, misalnya pelajaran IPS (sejarah, geografi, politik, ekonomi dan antropologi) atau IPA (fisika, biologi, kimia dan astronomi). Bentuk broad-field ini juga dapat menghantarkan siswa memahami hubungan yang kompleks antara kejadian-kejadian yang terjadi dalam suatu masyarakat.
b. Bentuk kurikulum inti
Kurikulum ini banyak persamaannya dengan broad field, karenaia juga menggabungkan berbagai disiplin ilmu.Kurikulum ini dikembangkan berdasarkan suatu masalah sosial, untuk memecahkan masalah ini digunakan materi dari berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan masalah itu agar tidak terjadi pemisahan dengan pengetahuan lainnya.
c. Bentuk kurikulum fusi
Kurikulum ini memfusikan atau menyatukan dua atau lebih disiplin ilmu tradisional menjadi bidang studi baru, misalnya geografi, geologi, botani, arkeologi menjadi earth sciences. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkin atau memudahkan dilakukan fusi antara beberapa disiplin ilmu tradisional, misalnya biologi dan fisika menjadi biofisika, biologi dan kimia menjadi biokimia atau biogenetika.Semua bentuk interdisipliner ini mempunyai tujuan yang sama, yaitu proses pembelajaran lebih sesuai dan bermakna serta lebih mudah dipahami dalam konteks kehidupan nyata.
3. Pendekatan Rekontruksi Sosial
Pendekatan ini disebut rekontruksi sosial karena kurikulum ini berorientasi kepada masalah yang sangat mendesak yang dihadapi oleh suatu masyarakat, seperti lenturnya karakter bangsa, kemiskinan, kesehatan, pemberentasan buta huruf, dampak buruk dari kemajuan teknologi, perang dan damai, keadilan sosial, hak asasi manusia dan lainlain. Dalam proses rekontruksi ini terdapat dua kelompok yang berbeda pandangannya tentang kurikulum, yaitu rekontruksionisme konservatif dan rekontruksionisme radikal.
a. Rekontruksionisme konservatif
Menginginkan agar pendidikan ditujukan kepada peningkatan kualitas hidup suatu masyarakat dengan mencari solusi terhadap masalah-masalah yang paling mendesak yang mereka hadapi. Masalah-masalah tersebut baik yang bersifat daerah, nasional, regional maupun internasional baik pada jenjang sekolah dasar maupun di perguruan tinggi. Dalam pembelajarannya metode problem solving memegang peranan utama dengan menggunakan bahan dari berbagai disiplin ilmu. Peranan guru sebagai orang yang menganjurkan perubahan (agent of change) mendorong siswa menjadi partisipasi aktif dalam proses perbaikan masyarakat.Pendekatan ini sejalan dengan falsafahpragmatisme.
b. Rekontruksionisme radikal
adalah kelompok yang berpendapat bahwa banyak negara melaksanakan pembangunan dengan merugikan rakyat kecilyang tidak berdaya. Kelompok ini menganjurkan baik pendidikan formal maupun nonformal agar melakukan perubahan pendidikan untuk mencapai tatanan sosial baru berdasarkan pembagian kekuasaan dan kekayaan yang lebih adil dan merata.
4. Pendekatan Humanistik
Kurikulum ini berpusat pada siswa (student-centered) dan mengutamakan pengembangan afektif (sikap) siswa sebagai pra-syarat dan bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran. Para pendidik humanistik yakin bahwa kesejahteraan mental harus menjadi sentral dalam kurikulum.Selanjutnya siswa diikutsertakan dalam pembuatan, pelaksanaan dan pengawasan peraturan sekolah, mereka diperbolehkan memilih kegiatan belajar serta bertanggung jawab atas pelaksanaan keputusan bersama. Pendekatan pengembangan kurikulum ini memusatkan perhatiannya pada kebutuhan siswa baik personal maupun sosial. Tingkat sekolah dasar diajarkan cara bergaul, saling bertukar pengalaman, berkelakuan sopan santun, mengembangkan rasa percaya akan kemampuan diri yang sehat. Di sekolah menengah diberikan topik-topik menyangkut dengan pengembangan sitem nilai, memelihara persahabatan, memupuk hubungan yang baik antara siswa, mempersiapkan diri untuk menduduki suatu jabatan dan sebagainya. Pada perguruan tinggi topik-topik yang dibicarakan antara lain mengenai cara belajar mandiri, mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah lulus, membentuk integritas pribadi dan lain-lain.
5. Pendekatan Pertanggungjawaban (accountability)
Pertanggungjawaban lembaga pendidikan tentang pelaksanaan tugasnya
kepada masyarakat adalah suatu kewajiban. Dalam manajemen pendekatan ini disebut dengan manajemen ilmiah yaitu menetapkan tugas-tugas spesifik yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu, tiap pekerja bertanggungjawab atas penyelesaian tugas itu. Meskipun akuntabilitas pendidikan bukan sesuatu yang baru, namun pendekatan ini mulai mendominasi kurikulum dalam seperempat abad akhir-akhir ini.Dalam 1960 an, 1970 an dan 1980 an pendekatan ini menyebar dengan pesat dan mendesak sistem pendidikan di seluruh dunia agar lebih memperhatikan efektivitas pendidikan yang berdasarkan “standar akademis”yang ditetapkan terlebih dahulu secara cermat dengan mempertimbangkan sumber yang tersedia. Suatu sistem yang accountable menentukan standard dan tujuan yang jelas serta mengukur efektivitasnya berdasarkan taraf keberhasilan siswa.
6. Pendekatan pembangunan nasional.
Pendekatan ini mencakup:
a. Pendidikan kewarganegaraan.Isi kurikulum ini berorientasi pada sistem politik negara yang menentukan peranan, hak dan kewajiban tiap warga negara.Dengan pendidikan siswa memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat disumbangkan kepada kesejahteraan umum secara aktif.
b. Pendidikan sebagai alat pembangaunan nasional. Tujuan pendidikan ini adalah mempersiapkan tenaga kerja yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan.
c. Pendidikan keterampilan praktis bagi kehidupan sehari-hari.Keterampilan ini meliputi, keterampilan untuk mencari nafkah, keterampilan mengembangkan masyarakat, keterampilan untuk menyumbang kepada kesejahteraan umum dan keterampilan sebagai warga negara yang baik. Berdasarkan penjelasan di atas terlihat bahwa ada beberapa pendekatan dalam pengembangan kurikulum untuk semua jenjang pendidikan. Hal ini dimaksudkan agar penyelenggara pendidikan dapat mempedomani pendekatan-pendekatan tersebut dalam mengembangkan kurikulum di sekolahnya agar muatan kurikulum dapat bermanfaat bagi diri siswa, masyarakat, bangsa dan negara.
C. Ilmu Pengetahuan Sosial
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial adalah pembelajaran terintegrasi terhadap ilmu-ilmu sosial dan hitmanitas dalam pendidik kompetensi warga negara. Sejalan dengan program sekolah (pendidikan). IPS berkoordinasi serta secara sistematik ditarik dari berbagai disiplin ilmu sosial seperti antropologi, sosiologi. arkeologi, ekonomi. geografi, sejarah, hukum, psikologi, Ilmu politik, Filsafat, agama, dan sosiologi dan juga memperhatikan humaniora, matematika, dan ilmu pengetahuan alam. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial sosiologi. sejarah. geografi. ekonomi. politik. hukum. dan budaya. IPS atau studi sosial itu merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi cabangcabang ilmu-ilmu sosial sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politi, antropolog,. filsafat, dan psikologi sosial.
Pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang dirancang dengan memadukan beberapa mata pelajaran berdasarkan tema-tema tertentu. Dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Sebagai contoh, tema “jenis pekerjaan” dapat ditinjau dari mata pelajaran IPS, matematika, IPA, bahasa, dan seni. Pembelajaran terpadu menyediakan keleluasan dan kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada siswa untuk memunculkan dinamika dalam pendidikan. Unit terpadu adalah epitome dari seluruh bahasan pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk secara produktif menjawab pertanyaan yang dimunculkan sendiri dan memuaskan rasa ingin tahu dengan penghayatan secara alamiah tentang dunia di sekitar mereka. Pendekatan pembelajaran terpadu dalam IPS sering disebut dengan pendekatan interdisipliner. Di sisi lain, Depdiknas menjelaskan model pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik. Salah satu di antaranya adalah memadukan Kompetensi Dasar. Melalui pembelajaran terpadu peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari.
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan
Pengembangan kurikulum (curriculum development/curriculum planning atau curriculum design) adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang ditujukan untuk membawa siswa ke arah perubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai perubahan-perubahan itu telah terjadi pada diri siswa.
Sistem pengembangan kurikulum terdiri dari unsur dasar, unsur pendidik, unsur materi, unsur penjenajangan, sistem penyampaian, sistem evaluasi, peserta didik, proses pelaksanaan, lulusan, organisasi kurikulum, bimbingan dan penyuluhan, administrasi sekolah, sarana dan prasarana, pengembangan, biaya pendidikan dan lingkungan.
Proses pengembangan kurikulum secara umum terdiri dari perencanaan, implementasi, serta evaluasi. Selain proses kurikulum secara umum diatas terdapat 4 tahap pengembangan kurikulum dilihat dari tingkatannya antara lain: Pengembangan kurikulum pada tingkat nasional, Pengembangan kurikulum pada tingkat institusi, Pengembangan kurikulum pada tingkat mata pelajaran dan Pengembangan kurikulum pada tingkat pembelajaran di kelas.
Pendekatan dalam pengembangan kurikulum meliputi pendekatan bidang studi, pendekatan interdisiplinier, pendekatan Rekonstruksi sosial, humanistik, pertanggungjawaban dan pembangunan nasional.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya.
DAFTAR PUSTAKA
Ridhwan M Daud, https://jurnal.arraniry.ac.id/index.php/pionir/article/download/, Diakses tanggal 4 April 2021.
Silvi Nur Afifah, http://journal.uad.ac.id/index.php/JPSD/article/Download/4946/pdf_11. Diakses tanggal 4 April 2021.
Musa’adatul Fithriyah, jurnal pendidikan, http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=1753186&val=18662&title=PENDEKATAN-PENDEKATAN%20DALAM%20MENGEMBANGKAN%20KURIKULUM%20PENDIDIKAN%20DASAR. Diakses tanggal 4 April 2021.
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/SOSIOLIUM. Diakses tanggal 4 April 2021.
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik, Bandung, Remaja Rosda Karya, Cet. Ke 5, 2002.
Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008). S.Susanto, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006).
Undang-Undang N0.20 Tahun 2003 pasal 3
Hidayat, S. (2013). Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Islamika : Jurnal Keislaman dan Ilmu Pendidikan, https://ejournal.stitpn.ac.id, diakses tanggal 18 April 2021.




Posting Komentar