Modul 3.1 Koneksi Antar Materi Pengambilan Keputusan Pemimpin Pembelajaran
https://www.nurainipesat.my.id/2021/04/modul-31-koneksi-antar-materi.html

“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).Bob Talbert
- Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?
- Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
- Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.
- Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.
- Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
- Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?
- Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?
- Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
- Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Patrap Triloka adalah sebuah konsep pendidikan yang digagas oleh Suwardi Suryaningrat (alias Ki Hadjar Dewantara) selaku pendiri organisasi pergerakan nasional Indonesia yaitu Taman Siswa.
Konsep pendidikan yang digagas Suwardi Suryaningrat atas dasar kajiannya terhadap ilmu pendidikan (pedagogi) diperoleh dari tokoh pendidikan ternama mancanegara, yaitu Maria Montessori dari Italia dan Rabidranath Tagore dari India. Konsep ini menjadi prinsip dasar para guru dalam melakukan pendidikan di Taman Siswa. Asas-asas pendidikan yang kerap kita kenal sebagai patrap triloka. Patrap triloka terdiri atas tiga semboyan yang sampai saat ini menjadi panutan di dunia pendidikan Indonesia: Ing ngarso sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani. Umumnya semboyan tersebut diterjemahkan menjadi “di depan memberi teladan”, “di tengah membangun motivasi”, dan “di belakang memberikan dukungan”.
Setelah lebih dari sembilan dasawarsa, semboyan tersebut masih kontekstual di tengah arus globalisasi dan perkembangan teknologi digital yang sangat deras. Namun ada baiknya kita mengelaborasi kembali makna patrap triloka tersebut di masa kini. Perubahan konteks lingkungan sangat memungkinkan memunculkan pemaknaan baru terhadap suatu warisan pemikiran pendahulu kita.. Cara untuk mengembangkan sekolah atau bahkan proses pendidikan di ruang kelas secara efektif, terdapat asas yang dikenalkan oleh bapak pendidikan kita untuk melakukannya. Asas tersebut dinamankan dengan asas trikon karena terdiri atas tiga asas yang berawalan “kon” yaitu kontinyu, konvergen dan konsentris. Azaz Tri-Kon berikut melambangkan murid sebagai planet-planet yang berputar mengelilingi matahari, mereka berputar dan terus mengelilingi matahari sesuai dengan karakter/kepribadian dan kemampuan masing-masing.
Konvergen. Artinya pengembangan yang dilakukan dapat mengambil dari berbagai sumber di luar, bahkan dari praktik pendidikan di luar negeri. Praktik-praktik tesebut dapat kita pelajari untuk nantinya disesuaikan dengan kebutuhan yang kita miliki sendiri. Saat ini teknologi informasi telah sedemikian canggih sehingga guru atau kepala sekolah dapat mempelajari berbagai kemajuan pendidikan dari mana saja dan kapan saja. Banyak pengembangan yang kita lakukan mengabaikan asas trikon di atas. Sebagai contoh kurangnya kesinambungan perubahan yang dilakukan dari satu masa ke masa lain seiring dengan pergantian penguasa. Demikian pula sering kita mengadopsi teori secara langsung tanpa melakukan penyesuaian yang tepat sehingga upaya pengembangan yang dilakukan menjadi sia-sia.
Konsentris. Artinya pengembangan pendidikan yang dilakukan harus tetap berdasarkan kepribadian kita sendiri. Tujuan utama pendidikan adalah menuntun tumbuh kembang anak secara maksimal sesuai dengan karakter kebudayaannya sendiri. Oleh karena itu meskipun Ki Hadjar menganjurkan kita untuk mempelajari kemajuan bangsa lain, namun tetap semua itu ditempatkan secara konsentris dengan karakter budaya kita sebagai pusatnya. Pendidikan yang menggunakan teori dan dasar kebudayaan bangsa lain (walaupun bangsa yang maju) secara langsung tanpa mengkaji ulang, menyesuaikan dan mengevaluasinya tidak akan menghasilkan kemajuan.
Kontinyu. Artinya pengembangan yang dilakukan harus berkesinambungan, dilakukan secara terus-menerus dengan perencanaan yang baik. Suatu kondisi yang baik tidak mungkin dapat dicapai dalam sekali waktu seperti sebuah sulap. Tahap demi tahap pengembangan dilakukan dengan rencana yang matang. Dengan perencanaan tersebut maka suatu tahap dilanjutkan oleh tahap berikutnya dengan melalui evaluasi dan perbaikan yang tepat. Pengembangan yang sifatnya tiba-tiba untuk kemudian hilang semangat di waktu-waktu setelahnya tidak akan menghasilkan perubahan berarti di jangka panjang. Jadi, Seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan harus mempertimbangkan azaz Trikon seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara yang meliputi konvergen, konsentris dan kontinyu dalam rangka menciptakan merdeka belajar bagi sorang murid.
Nilai-nilai yang dimiliki oleh seorang guru tercermin dalam kegiatan yang dilakukan setiap hari yang menerapkan sikap keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mandiri, sikap gotong royong, keatif, bernalar kritis dan berkebinekaan global. Nalai ini akan sangat berpengaruh terhadap prinsip dalam mengambil keputusan.
Keputusan berkaitan dengan kegiatan Coaching (bimbingan) sudah efektif karena coachee dibimbing untuk bisa mengambil keputusan atas masalahnya sendiri melalui berfikir kritis. Setelah keputusan diambil, terkadang masih ada beberapa pertanyaan atas pengambilan tersebut sebagai evaluasi dalam pengambilan keputusan. Coaching merupakan solusinya untuk membantu enyelesaikan suatu permasalahan.
Pembahasan Studi kasus yang fokus pada dilema etika ataupun bujukan moral dilakukan dengan menggunakan prinsip, paradigma dan 9 langkah dalam melakukan pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai yang dianut oleh pendidik.
Pengambilan keputusan yang tepat akan akan menghasilkan lingkungan yang positif, kondusif , aman dan nyaman. Keputusan yang diambil mengacu pada prinsip, paradigma dan langkah-langkah dalam melakukan pengambilan keputusan pembelajaran.
Kesulitannya adalah dalam hal mensosialisasikan kepada rekan sejawat mengingat pembelajaran masih dilakukan secara daring, jadi kurang leluasa untuk menyempaikan informasi jika menggunakan zoom cloud meeting atau aplikasi lain yang sejenis.
Sebagian guru masih beranggapan bahwa komunikasi yang terbaik adalah melalui tatap muka secara langsung, sedangkan di era sekarang ini, seiring kemajuan teknologi yang semakin pesat, tidak ada lagi penghalang atau hambatan yang dirasakan terlalu berarti jika komunikasi dilakukan secara daring.
Pengambilan keputusan yang kita ambil jika berpedoman pada 9 langkah dalam mengambil keputusan pemimpin pembelajaran tentu sudah mencerminkan pengajaran yang berpihak pada murid, yang memerdekakan murid, meski dalam praktikknya memilih dilema etika itu sngat sulit.
Jika dalam pengambilan keputusan menggunakan prinsip jangka pendek lawan jangka panjang, tentu ketika kita mengambil keputusan untuk mengorbankan jangka pendek demi keberhasilan di masa depan kehidupan anak-anak, awalnya terkesan kurang adil, namun seiring berjalannya waktu, selain siswa diberikan pemehaman yang sesuai, pengaruh dalam jangka panjang akan tampak berpengaruh positif secara nyata dalam kehidupan anak-anak.
Kesimpulannya adalah Patrap triloka terdiri atas tiga semboyan yang sampai saat ini menjadi panutan di dunia pendidikan Indonesia: Ing ngarso sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani. Umumnya semboyan tersebut diterjemahkan menjadi “di depan memberi teladan”, “di tengah membangun motivasi”, dan “di belakang memberikan dukungan”. Pendidikan dalam belajar berdasarkan nilai-nilai sesuai dengan nilai pelajar pancasila terlihat pada perencanaaan suatu cita-cita dengan menerapkan budaya positif agar mampu melakukan pengambilan keputusan pemimpin pembelajaran dengan menentukan prinsip, paradigam dan menerapkan 9 langkah pengambilan keputusan.



Posting Komentar