PENULISAN SEJARAH (HISTORIOGRAFI)

 



BAB I

PENDAHULUAN

 

A. Latar Belakang Masalah

 

Historiografi secara bahasa merupakan gabungan dari dua kata, yaitu histori yang berarti sejarah dan grafi memiliki arti deskripsi/penulisan Kata Historia sendiri berasal dari bahasa Yunani yang berarti ilmu. Akan tetapi dalam perkembangan berikutnya, kata historia dipakai untuk pemaparan mengenai tindakan - tindakan manusia yang bersifat kronologis terjadi di masa lampau.

 Helius Sjamsudin dalam karyanya Metodologi Sejarah mengungkapkan bahwa historiografi adalah seperangkat penyataan - pernyataan tentang masa lampau,  akan  tetapi historiografi juga dapat memiliki arti lain yaitu sebagai sejarah perkembangan penulisan sejarah.

Penulisan sejarah adalah puncak segala sesuatu. Sebab apa yang dituliskan itulah sejarah sebagai historie-recite, sejarah sebagaimana dikisahkan yang mencoba mengangkat dan memahami historie-realitie, sejarah sebagaimana terjadinya. Dan hasil penulisan inilah yang disebut historiografi, Badri Yatim menyatakan bahwa historiografi sebagai penulisan sejarah, yang didahului oleh penelitian (analisis) terhadap peristiwa-peristiwa di masa lampau. Penelitian dan penulisan sejarah itu berkaitan pula dengan latar belakang teoritis, latar belakang wawasan, latar belakang metodologis penulisan sejarah, latar belakang sejarawan/penulis sumber sejarah, aliran penulisan sejarah, dan lain sebagainya.

 

Penulisan sejarah mengalami perkembangan yang berbeda yang dipengaruhi oleh zaman, lingkungan kebudayaan, dan tempat dimana historiografi dihasilkan. Pada  masa  lampau,  seorang  sejarawan  mempunyai  peran  untuk  menafsirkan tradisi bangsanya. Jadi disinilah peran sejarawan sebagai informan untuk menyampaikan informasi seputar peristiwa sejarah dimasa lampau. Yang mana semua peristiwa yang ia tulis  adalah  karya  sejarah  yang  memuat c iri  khas zamannya. Penulisan sejarah itulah yang pada akhirnya memberikan informasi kepada kita yang dikenal dengan historiografi.

Dalam perkembanganya penulisan sejarah di Indonesia dimulai dengan adanya penulisan sejarah dalam bentuk naskah. Terdapat beberapa sebutan untuk naskah - naskah antara lain babad, hikayat, kronik, dan tambo. Bentuk penulisan sejarah pada naskah - naskah tersebut masuk kedalam kategori historiografi tradisional. Adapun perkembangan penulisan sejarah di Indonesia yang mengarah pada bentuk historiografi modern adalah penulisan sejarah yang ditulis oleh orang Belanda. Penulisan sejarah tersebut dilakukan dengan pendekatan Nederland - Sentris, yaitu penulisan yang dilihat dari sudut pandang  Belanda. Penyusunan buku sejarah Indonesia sudah dilakukan pada tahun 1938 di Padang oleh dua penulis yang tidak terkenal.

 

Dalam kaitannya dengan penulisan sejarah di Indonesia, penulisan sejarah mengenai Kota Bandung juga masih kurang banyak dilakukan oleh sejarawan. Adapun seseorang yang sangat tertarik melakukan penelitian tentang sejarah Kota Bandung ialah Haryoto Kunto. Bandung, kota yang secara geografis terletak dibagian tengah dan merupakan Ibukota Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat ini berada diantara 107o  Bujur Timur dan 6o  55’ Lintang Selatan dan memiliki luas wilayah 16.729,50 Ha.  Bandung merupakan kota yang dikenal akan kesejukan dan keramahan masyarakatnya. Berbagai kreatifitas masyarakatnya dalam kerajinan, model pakaian hingga kuliner tersebut mengundang para wisatawan datang mengunjungi Kota Bandung. Bahkan tidak sedikit para wisatawan yang datang merupakan wisatawan dari mancanegara. Keunikan Kota Bandung tidak terlepas pula dari bangunan - bangunan bersejarahnya. 

 

 Haryoto Kunto, sosok yang dikenal sebagai Kuncen Bandung karena kefasihannya dalam berbicara mengenai Kota Bandung. Planolog yang lahir di Bandung pada 23 Juli 1940 ini sangat gemar membaca dan mengumpulkan buku. Hingga akhir hayatnya beliau berhasil mengumpulkan 30.000 buku. Meski latar belakangnya  sebagai  planolog,   Haryoto  tidak  selalu  membaca  buku   yang berkaitan dengan planologi saja. Haryoto Kunto memiliki minat terhadap buku – buku sejarah pula. Beliau sudah memiliki minat tersebut sejak berusia 7 tahun. Selain buku – buku sejarah, Haryoto Kunto juga membaca buku bahasa, budaya, sosial, hukum, ensiklopedia, dan lain lain. Berkat hal tersebut, selain memiliki julukan Kuncen Bandung, beliau juga memiliki   julukan “The Walking Ensiklopedia”. Julukan trsebut, beliau dapatkan dari teman - temannya. Haryoto Kunto memiliki cita - cita yaitu membuat perpustakaan yang dapat menyimpan rapi buku - bukunya. Haryoto Kunto juga berharap buku - bukunya tersebut dapat memberikan manfaat bagi banyak orang.

 

Buku  -  buku  Haryoto  Kunto  begitu  pula  tulisan  -  tulisannya  di  koran Pikiran Rakyat menjadi inspirasi dan meningkatkan partisipasi warga kota untuk berperan dalam pelestarian dan pembangunan Kota Bandung. Banyak orang menjadi tahu perjalanan kota ini dan bagaimana seharusnya ke depan. Sekarang dapat ditemukan berbagai perkumpulan pecinta pelestarian Kota Bandung (heritage society) yang dimotori anak anak muda, seperti Bandung Trails, Mahanagari, Aleut, dan lain - lain.

Beberapa   karyanya   banyak   menceritakan   atau   menjelaskan   suasana Bandung tempo dulu. Diantara karya - karyanya yang terkenal yaitu buku yang berjudul Semerbak Bunga di Bandung Raya, Balai Agung di Kota Bandung, Nasib Bangunan Bersejarah di Kota Bandung, dan Wajah Bandoeng Tempo Doeloe.

Wajah Bandoeng Tempo Doeloe merupakan karya Haryoto Kunto yang banyak dijadikan rujukan untuk meneliti atau yang tertarik membahas mengenai Kota Bandung. Bangunan-bangunan bersejarah di Kota Bandung, beliau bahas dengan tuntas melalui tulisannya Tidak hanya berbicara mengenai arsitektur, Haryoto Kunto juga mengaitkannya dengan konteks waktu pada masanya.

Model historiografi atau model penulisan Haryoto Kunto pada buku Wajah Bandoeng Tempo Doeloe inimenggunakan model evolusi, karena Haryoto Kuntmenuliskan perkembangan masyarakat Kota Bandung dari mulai berdiri sampai menjadi masyarakat yang kompleks. Beliau menggambarkan dengan jelas objek yaitu masyarakat pribumi, orang - orang Belanda yang berkuasa saat itu. Selain itu tempat, Haryoto Kunto menyebutkan Kota Bandung dan kota - kota lain yang saling berkaitan dengan Kota Bandung, dan peristiwa - peristiwa yang terjadi pada tempo dulu seperti sistem tanam paksa, pembuatan Jalan Raya Pos yang dibangun dibawah pemerintahan Deandles. Semuanya, beliau tulis dengan jelas dan  terperinci  sehingga  membuat pembaca, khususnya  penulis merasakan ada pada masa tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut pula buku yang Haryoto Kunto tulis ini masuk kedalam kategori historiografi modern karena ditulis beliau pada tahun 1984, dan karya tersebut ditulis berdasarkan sudut pandang Haryoto Kunto sebagai orang Indonesia yang memandang sejarah berdasarkan apa yang beliau lihat pada kurun waktu tersebut.

 

Karyanya tersebut berbicara tentang Sejarah Kota Bandung yang membentangi kurun waktu sejak Zaman Sangkuriang hingga Bandung Lautan Api. Buku ini akan mengungkap sejarah yang belum pernah diungkapkan oleh parasejarawan. Dalam 3 bab pertama buku ini dibuat secara kronologis kejadian sejarah, sejak kedatangan orang asing pertama ke tatar sunda. Hingga awal kebangkitan Kota Bandung, menuju sebuah Kota Modern. Penggunaan bahasa yang santai membuat siapa yang membaca buku ini akan merasa bahwa sejarah dapat lebih dipahami dengan mudah. Sebagai alumni Tata Pembangunan ITB Haryoto Kunto berhasil menjelaskan sejarah kota dengan pendekatan planalogi yaitu lebih melihat sejarah kota dari bangunan dan cagar budaya yang ada.

 

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian dari Historiografi ?

2. Apa yang dimaksud dengan Historiografi ?

3. Apa saja syarat penulisan untuk Hiptografi ?

4. Apa saja yang dapat mempengaruhi Hiptografi ?

5. Dari sumber mana sajakan Hiptografi dapat terbentuk ?

 

BAB II

LANDASAN TEORI

 

 A. Sumber primer

Sumber primer merupakan bukti-bukti dalam bentuk tulisan tangan pertama mengenai sejarah yang dibuat pada waktu peristiwa terjadi. Penulisan sejarah dari sumber primer dilakukan oleh orang yang ada atau hadir pada peristiwa tersebut. Sumber primer dapat berbentuk catatan harian, korespondensi, dan surat kabar. Peninggalan atau naskah yang dibuat setelah kejadian oleh orang yang ada pada peristiwa tersebut juga termasuk dalam jenis sumber primer. Sumber primer memiliki tingkat keabsahan yang diragukan karena manusia memiliki sifat lupa atau memiliki keinginan untuk menulis ulang sejarah. Sumber primer juga dapat berupa bukti-bukti yang tak tertulis seperti temuan arkeologis.

 

B. Sumber sekunder

Sumber sekunder merupakan tulisan mengenai sejarah yang sesuai dengan bukti-bukti dari sumber primer. Bentuk sumber sekunder dapat berupa tulisan pada buku sejarah yang mengacu kepada buku harian atau arsip surat kabar. Sumber sekunder merujuk pada karya sejarah yang ditulis sesuai sumber-sumber primer dan merujuk pula pada sumber-sumber sekunder lainnya. Sebagian besar tulisan ilmiah yang diterbitkan pada masa sekarang adalah sumber sekunder. Sumber sekunder yang ideal memuat laporan peristiwa di masa lampau. Peristiwa yang disampaikan telah mengalami generalisasi, analisis, sintesis, interpretasi, dan evaluasi terlebih dahulu.

 

 

BAB III

PEMBAHASAN

 

A. Historiografi

Historiografi adalah kajian mengenai metode sejarawan dalam pengembangan sejarah sebagai disiplin ilmiah. Bentuknya berupa setiap karya sejarah mengenai topik tertentu. Historiografi tentang topik khusus melingkupi cara kerja sejarawan dalam mengkaji topik tersebut dengan menggunakan sumber, teknik, dan pendekatan teoretis tertentu. Para sarjana telah mendiskusikan historiografi dengan topik – seperti "historiografi Indonesia", "Historiografi Islam awal", "Historiografi Tiongkok" - serta berbagai pendekatan dan aliran, seperti sejarah politik dan sejarah sosial. Sejak abad ke-19, dengan bangkitnya sejarah akademis, mulai berkembang bentuk literatur historiografi. Sejauh mana sejarawan dipengaruhi oleh kelompok dan loyalitas mereka sendiri - seperti kepada negara bangsanya - menjadi permasalahan yang diperdebatkan.

Histografi disampaikan sebagai hasil penyusunan imajinasi tentang masa lampau sesuai dengan jejak-jejak atau fakta yang ada. Penulisan historiografi memerlukan kemahiran dalam seni menulis. Kebebasan menulis dibatasi oleh sejumlah ketentuan akademis yang berlaku dan sikap kehati-hatian untuk menghindari penyampaian yang melebihi fakta. Sumber penulisan naskah di dalam historiografi dibagi menjadi sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer merupakan sumber informasi yang diciptakan pada waktu kejadian berlangsung, sedangkan sumber sekunder merupakan karya historis yang dibuat berdasarkan sumber-sumber primer.

Ketertarikan penelitian sejarawan berubah sepanjang waktu, dan telah ada pergeseran jauh dari diplomasi, ekonomi, dan politik tradisional menuju pendekatan yang lebih baru, khususnya sosial dan sejarah budaya. Sejak 1975 sampai 1995, proporsi profesor sejarah di universitas Amerika yang diidentifikasi dengan sejarah sosial naik dari 31 ke 41 persen, sedangkan proporsi sejarawan politik menurun dari 40 ke 30 persen. Pada 2007, dari 5.723 fakultas di departemen sejarah di universitas Britania, 1.644 (29%) mengidentifikasi dirinya dengan sejarah sosial dan 1.425 (25%) mengidentifikasi dirinya dengan sejarah politik.

 

B. Syarat penulisan


Historiografi sebagai hasil penelitian atau sejarah ilmiah diukur setelah sejarawan menghasilkan karya tulisan yang beraneka ragam dari zaman ke zaman. Penulisan sejarah ilmiah dilakukan melalui proses yang menyeluruh secara intelektual, kritis, dan konstruktif. Pendekatan multidimensional untuk penulisan sejarah dalam keperluan praktis diungkapkan setelah menjelaskan teori dasar yang membangun historiografi. Penulis sejarah harus memahami filsafat sejarah spekulatif dan filsafat sejarah kritis sebagai perkembangan pemikiran sejarah. Filsafat sejarah spekulatif merupakan suatu perenungan filsafat mengenai tabiat atau sifat-sifat proses sejarah. Tujuan dari filsafat sejarah spekulatif adalah menemukan struktur yang terkandung dalam proses sejarah secara keseluruhan. Penulisan historiografi perlu menjawab tiga persoalan mendasar yaitu pola atau irama yang dapat diamati, penggerak sejarah dan sasaran terakhir yang dituju oleh proses sejarah. Historiografi menjadi bagian dari kajian ilmu sosial dan humaniora sehingga para sejarawan juga mempertimbangkan penggunaan teori-teori ilmu sosial dalam historiografi. Teori sosial digunakan untuk meningkatkan mutu historiografi melalui perkembangan metodologi sejarah.

 

C. Pendekatan

Bagaimana pendekatan sejarawan terhadap peristiwa sejarah adalah salah satu keputusan utama dalam historiografi. Secara umum diakui oleh sejarawan, fakta sejarah perseorangan terkait nama, tanggal dan tempat tidak terlalu memiliki makna. Fakta tersebut hanya akan menjadi berguna saat dikaitkan dengan bukti sejarah lainnya, dan proses pengaitan bukti ini dipahami sebagau pendekatan historiografi tertentu.

Pendekatan historiografi paling berpengaruh di antaranya:

a. Sejarah bisnis;

b. Sejarah komparatif;

c. Sejarah budaya;

d. Sejarah diplomasi;

e. Sejarah ekonomi;

f. Sejarah lingkungan, bidang yang relatif baru;

g. Sejarah etnis;

h. Sejarah gender termasuk Sejarah perempuanSejarah keluargaSejarah feminis;

i. Sejarah agama dan Sejarah gereja; sejarah teologi biasanya ada di bawah Teologi;

j. Sejarah intelektual dan Sejarah gagasan; 

k. Sejarah buruh;

l. Sejarah lokal dan Sejarah mikro;

m. Historiografi Marxis dan Materialisme sejarah;

n. Sejarah militer, termasuk udara dan laut;

o. Sejarah lisan;

p. Sejarah politik;

q. Sejarah publik, khususnya museum dan pelestarian sejarah;

r. Sejarah kuantitatifKliometrika (dalam sejarah ekonomi); Prosopografi menggunakan statistik untuk kajian biografi;

s. Historiografi ilmu pengetahuan;

t. Sejarah sosial dan Sejarah dari bawah; bersama dengan versi Prancis Aliran Annales dan versi Jerman Aliran Bielefeld;

u. Kajian subaltern, Mengenai India pascakolonial;

v. Sejarah urban;

Sejarah urban Amerika;

w. Sejarah Whig, Sejarah sebagai cerita yang terus-menerus berkembang;

x. Sejarah dunia.

 

   


 

BAB IV

PENUTUP

 

A. Kesimpulan

Historiografi merupakan suatu kisah masa lampau yang direkonstruksi oleh sejarawan berdasarkan fakta yang ada. Proses pengisahan antara zaman yang satu dengan zaman lain yang cenderung berbeda. Peristiwa sejarah yang dikisahkan oleh sejarawan dipengaruhi oleh titik pandang pribadi dan imaginasi sejarawan dalam merekonstruksikannya. Rekonstruksi yang dilakukan selalu dipengaruhi oleh nilai-nilai yang berkembang di masyarakat. Untuk itu tidak berlebihan bila dikatakan, bahwa sejarah yang benar adalah sejarah masa kini, yaitu sejarah yang telah ditafsirkan sesuai dengan kaidah-kaidah yang cocok dengan cakrawala kultural masyarakatnya.

Sejarawan adalah orang yang menghasilkan karya sejarah. Setiap historiografi (sejarah penulisan sejarah) senantiasa memperlihatkan perbedaan dari waktu ke waktu (zaman, tempat, kebudayaan dimana karya historiografi tersebut dihasilkan). Pada umumnya karya-karya yang dimuat dalam sejarah memiliki beberapa kategori, yaitu pertama, para penulis, kedua, kapan karya tersebut diterbitkan dan terakhir, tujuan penerbitan dari masing-masing penulisan. Pada kategori pertama setidaknya ada tiga kelompok penulis, yaitu: 1) para pelaku atau aktor sejarah; 2) Para penulis yang berpihak kepada salah satu pelaku atau aktor sejarah; dan 3) Penulis yang termasuk pada golongan ilmuan

 

B. Saran

Untuk melestarikan sejarah dan budaya yang telah ada, yang telah kita lewati yang ada pada masa lampau. Yang telah membangun karya yang lebih baik dan lebih baik dari sebelumnya, janganlah kita melupakan atau menghiraukan sejarah yang ada. Ada hasil karya yang baik dan bagus pada saat ini tak kala ada hikmah yang baik dari sumber awalnya, jadi harus kita tetap lestarikan sejarah budaya yang ada hingga sampai saat ini.

  

DAFTAR PUSTAKA

  BUKU:

 

Irwanto dan Syair (2014). Metodologi dan Historiografi Sejarah. Yogyakarta: Eja Publisher. ISBN 978-1407-41-7.

Miftahuddin (2020). Metodologi Penelitian Sejarah Lokal (PDF). Yogyakarta: UNY Press. ISBN 978-602-498-139-6.

Sudrajat, dkk. (2017). Meneguhkan Ilmu-ilmu Sosial Keindonesiaan (PDF). Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta. ISBN 978-602-60578-2-2.

Wilaela (2016). Sejarah Islam Klasik (PDF). Pekanbaru: Fakultas Ushuluddin, UIN Sultan Syarif Kasim Riau. ISBN 978-602-6302-02-1.

 

 

INTERNET:

 https://id.wikipedia.org/wiki/Historiografi#:~:text=Historiografi%20merupakan%20penulisan%20hasil%20penelitian,imajinasi%20terhadap%20kejadian%20masa%20lampau., diakses Minggu, 21 Maret 2021 pukul 20.10 WIB.

https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-historiografi/., diakses Minggu, 21 Maret 2021 pukul 20.30 WIB. 

Related

Materi 7769623871401173782

Posting Komentar

Follow us !

Blogger news

Trending

Label

item